Showing posts with label Travel Bukit. Show all posts
Showing posts with label Travel Bukit. Show all posts

Saturday, September 10, 2016

BUKIT TELETABIS DI BANDUNG?

Sabtu sore 16 Juli 2016, saya melakukan perjalanan menuju bukit Teletabis di daerah Cicalengka kabupaten Bandung. Nama Bukit Teletabis tentu saja warga yang menamai bukit itu karena sepintas mirip bukit dalam film Teletubbies. Saya dan kawan-kawan berangkat dari komplek tempat kami tinggal di daerah Cileunyi menuju Cicalengka menggunakan kendaraan pribadi alias motor karena biar cepat sampai dan terhindar dari macet. Benar, jalan macet karena sedang musim arus balik mudk lebaran.

Bukit Teletabis ini lokasinya tak jauh dari lokasi air terjun Curug Cinulang. Jika dari arah Cileunyi, tentunya melalui jalan raya Bandung –Garut, melewati daerah Rancaekek. Terus saja melaju hingga sampai di daerah bypass Cicalengka. Tak jauh dari jalan memasuki bypass, tengok ke sebelah kiri jembatan bypass ada jalan yang mengarah ke kiri bawah dengan plang hijau bertuliskan “Aki Enin”. Ikuti saja jalur itu. Yakin ga bakalan nyasar, karena hanya ada jalur itu saja untuk sampai ke Curug Cinulang dan Bukit Teletabis. Sekitar 8 km menempuh jalur itu, sampailah di Curug Cinulang. Bagi yang ingin mampir dulu ke Curug Cinulang, akan dekenakan biaya masuk Rp 5000 / orang dan Rp 2000 untuk parkir kendaraan.

Lajut perjalanan menuju Bukit Teletabis hanya sekitar 700 m dari Curug Cinulang terdapat tanjakan  single track di sebelah kanan dengan bertuliskan Teletabis. Jika tidak sehabis diguyur hujan, bisa saja motor dibawa ke atas hingga sampai ke lokasi bukitnya. Tapi jika jalannya sehabis diguyur hujan, tidak memungkinkan membawa motor ke atas karena jalan akan menjadi sangat licin dan berbahaya jika menggunakan motor. ikuti terus jaur single track tersebut hingga sapai di bukitnya. Jika menggunakan motor hanya membutuhkan waktu 10 menit tanpa ada biaya masuk namun akan dikenakan biaya parkir Rp 5000 pr motor. Namun jika berjalan kaki diperkirakan akan sampai dalam waktu 45 menit bahkan 1 jam.

Sesampainya di uncak bukit, pengunjung akan disuguhi dengan pemandangan yang luar biasa dengan hamparan hijau yang luas sekali. Di puncak bukit tersebut tak sedikit juga orang yang memilih untuk camp karena memang di puncak bukit tersebut terdapat tulisan “Camp Area”. Itulah perjalanan singkat saya dan kawan-kawan di Bukit Teletabis. Jika berminat, tunggu apa lagi, keburu musim hujan. Jika berkunjung, tetap jaga kelestarian lingkungannya dan jaga kebersihan lokasi tersebut agar tetap menjadi lokasi kunjungan yang bersih, asri, dan nyaman.


Sunday, March 15, 2015

BUKIT DAN LAPANGAN CIPANJALU KEC. CILENGKRANG BANDUNG

Bukit di Cipanjalu, dihadapan saya adalah Gunung Bukit Unggul
14 Maret 2015 saya dan teman-teman berencana mencari tempat yang masih jarang dikunjungi, bukan tempat yang sudah pasaran, bukan tempat wisata yang sudah umum, dan bukan tempat yang sudah sering dibicarakan orang. Tujuan kami pun akhirnya tertuju ke Palintang. Palintang, Desa Cipanjalu Kecamatan Cilengkrang hanya berjarak 7.8 KM dari jalan raya Ujung Berung Bandung. Dengan jarak tersebut kita sudah bisa merasakan suasana pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Jejeran rumah-rumah panggung menambah ke khas-an suasana desa yang menyatu dengan alam.

Lokasi ini merupakan wilayah perkebunan kina Bukit Unggul
Palintang merupakan sebuah desa yang berdiri di ketinggian kurang lebih 1441 meter di atas permukaan laut membuat udara sekitar desa ini sejuk di tambah gunung / bukit yang memunggungi desa tersebut yang sering di selimuti oleh kabut membuat suasana pemandangan alam sekitar semakin redup dan seakan tak ingin meninggalkan kesejukan tersebut. Ini adalah kedua kalinya saya berkunjung ke desa ini sejak 2013 yang lalu saat saya tak sengaja menemukan jalan pulang dari Maribaya Lembang. Entah kenapa saya mendadak rindu ingin mengunjungi lagi daerah ini. Ya, mungkin karena pemandangan yang begitu indah yang membuat saya ingin kembali menikmati keindahan Palintang ini.

Sisi utara Kampung Palintang berbatasan langsung dengan perkebunan kina milik PTPN VIII Bukit Unggul. Sejauh mata memandang terhampar perkebunan kina dengan landscapenya yang unik dan di sisi kiri tampak Gunung Palasari begitu jelas dengan kerimbunan hutannya. Jika langit cerah tampak pemandangan Bandung timur dan perbukitan di kaki Gunung Manglayang. kebetulan hari sedang cerah dan segalanya pun terlihat jelas dan indah.
Padang rumput di kaki bukit
Beberapa ratus meter sebelah utara dari desa Palintang terdapat lapangan yang lumayan luas yang di apit oleh pegunungan Palasari dan Manglayang, suasana hutan yang masih hijau memunggungi lapangan tersebut dan ke arah selatan melihat kebawah terlihat atap rumah desa palintang dan semakin kebawah ke arah selatan di kejauhan terlihat suasana kota yang berada di cekungan Bandung. Beberapa penduduk desa terlihat ada yang berkebun, mengambil air, mencari kayu bakar, dan membawa rumput yang digendong. Lapangan inilah yang akhirnya menjadi tempat saya dan teman-teman beristirahat dan tentunya mengabadikan beberapa gambar. Saya dan teman-teman mencoba mendaki bukit yang ada di samping lapang tersebut karena ingin mendapat spot foto yang lebih bagus. Sayangnya karena waktu sudah sore, kami pun tidak bisa meneruskan ke Situ Sangkuriang. Tapi kami sudah berencana akan mendatangi lokasi tersebut di lain kesempatan.

Untuk menuju Palintang, mulai masuk dari Alun-alun ujung berung melalui Cigending – Tanjakan Panjang – Palintang.




Monday, March 2, 2015

PEMANDANGAN BANDUNG DI PUNCAK BINTANG BUKIT MOKO

Puncak Bintang Bukit Moko Bandung
Banyak tempat di Bandung yang dijadikan sebagai tempat wisata alam yang memanjakan pengunjungnya dengan pemandangan memukau. Salah satunya adalah wisata alam, Bukit Moko. Tanggal 27 Februari 2015 ini saya dan teman saya mengunjungi lokasi wisata ini yang katanya memiliki pemandangan bagus.

Bukit Moko berada disekitar ketinggian 1440 meter dari permukaan laut. Dari atas bukit ini kamu bisa melihat pemandangan 180 derajat kota Bandung. Hal inilah yang membuat Bukit Moko disebut sebagai puncak tertinggi di kota Bandung oleh warganya. Selain itu, kamu juga bisa menikmati pemandangan hutan pinus sambil berjalan menuju Puncak Bintang atau bisa dibilang puncak tertinggi Moko.





Selain bisa melihat pemandangan cekungan Bandung yang dikelilingi oleh gunung-gunung, di Bukit Moko ini juga kita bisa memesan makanan dan minuman di Warung Daweung, satu-satunya warung yang ada di sini. Makanan dan minuman hangat di Warung Daweung dapat mengurangi rasa dingin dari udara di Bukit Moko. Makanan atau minuman hangat ini memang paling cocok untuk menemani ngadaweung (melamun) sambil menikmati indahnya panorama Kota Bandung.

Banyak orang yang datang ke sini menjelang malam hari. Selain untuk menghindari cuaca siang yang panas alasan lainnya adalah untuk bisa melihat sunset yang sangat indah. Saat malam tiba, suguhan citylight Kota Bandung yang seperti ratusan bintik-bintik cahaya akan memanjakan mata semua. Bagi yang belum puas dengan melihat sunset dan citylight, cukup dengan bermalam di sini bisa melihat indahnya matahari terbit dari balik gunung yang mengelilingi Kota Bandung.

Untuk sampai ke Bukit Moko bisa lewat beberapa jalur. Sayangnya yang saya tahu hanya via jalur Padasuka Cicaheum. Jika melewati jalur Padasuka, sepanjang perjalanan akan disuguhkan rumah-rumah warga yang berjejer di sepanjang jalan. Kemudian saat dilanjutkan ke atas, akan menemui tempat yang namanya Caringin Tilu. Di tempat ini kita bisa sedikit beristirahat sambil menikmati sejuknya udara di bawah pohon beringin yang sangat besar sebelum melanjutkan perjalanan. Untuk dapat mencapai Bukit Moko, perlu berjalan terus ke atas. Jika sudah melihat bangunan kayu yang bernama Wrung Daweung, itu artinya sudah sampai di Bukit Moko. Pengunjung akan dikenai voucher wajib Rp 10.000 dan 25.000 untuk masuk ke Warung Daweung. Tapi pengunjung tidak harus selalu jajan di situ. Jika pengunjung ingin langsung ke Puncak Bintang pun bisa dengan hanya membeli Tiket masuk Rp. 8.000 per orang.

Bagi yang ingin berwisata ke Bukit Moko dan mengunjungi Puncak Bintang, disarankan untuk memeriksa kendaraan terlebih dahulu, karena rute perjalanan menuju Bukit Moko bukan rute yang mudah dilalui. Kondisi badan dan kendaraan harus dalam keadaan prima. Untuk sampai ke Bukit Moko tidak ada kendaraan umum, jadi jika tidak memiliki kendaraan pribadi, maka harus ditempuh dengan berjalan kaki atau menumpang mobil pick up yang kebetulan menuju ke sana.


Referensi Tambahan :



Monday, February 2, 2015

STONE GARDEN (Puing-puing Dasar Laut Prasejarah)

puncak Stone Garden
Stone Garden, adalah sebutan nama untuk hamparan tanah yang diisi oleh formasi batuan tak beraturan yang indah dan membentuk taman alam. Di Stone Garden, wargi bandung akan melihat saksi bisu dari terbentuknya Danau Bandung Purba pada zaman purbakala dahulu. Formasi batu cantik dipadu padang rumput yang hijau membuat Stone Garden wajib jadi salah satu tujuan wisata di Bandung. Stone garden berada di puncak bukit tepat diatas Gua Pawon. 

Puncak bukit stone garden berada di puncak Gunung Pawon, Kampung Girimulya Desa Gunung Masigit Kecamatan Cipatat Kab.Bandung Barat, Jawa Barat. Ketinggiaan puncaknya 908 meter diatas permukaan laut.

Stone Garden merupakan hamparan luas dengan batu yang tersusun indah secara alami. jenis batu yang ada di Stone Garden ini berbeda dengan batu pada umumnya. tekstur batunya mirip dengan koral yang biasa ada di laut. ternyata, berabad-abad yag lalu, kawasan ini merupakan sebuah lautan dangkal yang terangkat ke atas dikarenakan gempa yang sangat dahsyat. Panorama yang terlihat setelah berada di lokasi Stone Garden sungguh luar biasa. Tempat ini sangat layak dan pas untuk berfoto ria dengan keluarga dan teman-teman atau bagi yang berencana mencari tempat untuk pre-weeding.






Berbagai bentuk batuan unik kadang membuat wisatawan menamakan batuan tersebut dengan versinya masing-masing. Ada batu yang menyerupai pintu masuk dinamakan batu gerbang, Ada batu mesra yang mempunyai bentuk menyerupai manusia yang saling berhimpitan. Saya sarankan jika ingin mengunjungi lokasi ini pengunjung sebaiknya datang di pagi hari karena jika di siang hari saat terik matahari sedang panas-panasnya, pengunjung akan sulit mencari tempat berteduh karena hanya ada 3 gubuk kecil di tempat seluas 2,5 hektar ini.

Puncak Stone Garden
Batu Mesra
Batu Gerbang

Untuk bisa menikmati keindahan alam yang terjadi ratusan tahun ini pegunjung cuma harus mengeluarkan Rp.5.500,00 saja per orang. Cukup Rp.2000-5000 rupiah saja untuk parkir kendaraan tergantung jenis kendaaran.

kaki bukit Stone Garden
Untuk bisa sampai ke lokasi ini, saya harus menempuh perjalanan sejauh 56 km dari Jatinangor kab. Sumedang menuju ke Padalarang kab. Bandung Barat lokasi dari Gua Pawon dan Stone Garden. Waktu yang ditempuh selama 2 jam karena macet di beberapa titik. Patokannya adalah Kota Baru Parahyangan, terus saja kuti jalan yang megarah ke cianjur. Setelah melewati wisata danau Situ Ciburuy dan sampai di daerah tagog apu, lihatlah sebelah kanan (dari arah Bandung) sampai menemukan gapura hitam “Selamat Datang”. Masuklah ke gapura dan ikuti jalan tersebut yang merupakan jalan menuju ke lokasi Gua Pawon dan Stone Garden.


Dari tempat parkiran Goa Pawon akan terlihat jalan berpaving dan jalan setapak ke arah atas goa pawon. Jalan berpaving merupakan jalan untuk menuju Goa Pawon yang penuh dikelilingi monyet. Saat saya berkunjung ke Gua Pawon sudah terlalu sore, jadi sayamengurungkan niat untuk mengeksplor ke dalam gua, selain gelap, kelelawarpun sudah mulai berterbangan, kalau kata orang sundanya “palaur”. Nah, jika ingin sampai ke lokasi Stone Garden pengunjung akan menyusuri jalan setapak. jika melihat foto di samping, saya difoto berada dikaki bukit Sone Garden. puncak di belakang saya adalah puncak bukit Stone Garden. Sangat disarankan memakai sepatu kets karena akan menjumpai jalanan licin, curam dan terjal. Tingkat kemiringan jalan sekitar 45o. Jarak yang ditempuh sekitar 1km dari parkiran. Saya agak kerepotan saat menjalani rute ini.

Setelah kira kira 500 m, pengunjung akan menemukan gubuk-gubuk kecil tempat peristirahatan dan orang setempat yang berjualan dan tempat parker atas. Dari tempat berjualan tersebut, ambillah jalan ke kiri untuk ke lokasi Stone Garden, Jika memilih ke kanan merupakan arah pulang. Tidak jauh dari tempat berjualan tersebut pengunjung akan menjumpai stand dan akan dikenai biaya kas Rp.3000 per orang. Dari lokasi loket tersebut tidak jauh lagi menuju lokasi Stone Garden.

Monday, January 19, 2015

SITUS KERAJAAN KENDAN


Galian Kendan kec.Nagreg kab. Bandung
Di kawasan Nagreg kabupaten Bandung, terdapat sebuah kampung yang di sana berdiri tegak bukit batu hasil galian dari warga Kampung Kendan yang disebut Situs Kerajaan Kendan.

Penamaan Galian Kendan ini tentunya karena berada di Kampung Kendan Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung. Galian ini dahulunya adalah sebuah gunung batu yang menjulang di Kampung kendan ini. Konon gunung batu ini dahulu pernah menjadi tempat kerajaan. Cerita ini sudah tersebar dan sudah ramai di dunia maya. Ternyata setelah saya telusuri informasi di Kampung Kendan akhirnya saya ditunjukkan kepada pelaku penggalian gunung batu di kendan ini, yaitu bapak Nanang. Sangat beruntungnya saya dipertemukan dengan pelaku sang pemugar gunung batu yang kini menjadi Galian Kendan. Beliau memaparkan memang pernah mendengar rumor tentang kerajaan Kendan atau kerajaan Kelang, hanya memang belum jelas saja dimana lokasi komplek kerajaan tersebut.

Situs ini merupakan lahan gunung batu cadas, yang diduga menjadi kawasan kekuasaan Kerajaan Kendan atau Kerajaan Kelang. Kerajaan ini didirikan oleh Resiguru Manikmaya sekitar tahun 536 Masehi. Dari kerajaan ini kemudian berkembang menjadi sebuah kerajaan besar bernama Galuh, yang ketika itu kekuasaan kerajaan Kendan dipegang oleh Prabu Wretikandayun pada tahun 612 Masehi.

Dalam bahasa Sunda, memang dikenal istilah dayeuh sebagai proses perkembangan kabahasaan dari istilah dayo dalam naskah kuno, yang memiliki pengertian sama dengan ‘kota’. Adanya istilah dayo atau dayeuh, kerapkali kita baca dalam  istilah kata majemuk ‘puseur dayeuh’, yang sering dimaknai sebagai pusat pemerintahan, tempat para penguasa melayani kepentingan rakyatnya.

Sebuah petunjuk mengenai keberadaan puseur dayeuh, pada saat ini yang dapat kita saksikan hanyalah sebuah perkampungan yang disebut Kampung Kendan. Wilayah ini merupakan sebuah bukit yang terletak 15 km sebelah tenggara Cicalengka. Di daerah ini pernah ditemukan pula sebuah arca manik (yang oleh para ahli sejarah disebut Patung Durga) yang sangat halus pembuatannya. Dan sekarang disimpan di  Museum Nasional Jakarta. 

Pada bekas puseur dayeuh Kendan, selain ditemukan arca Manik, saat melakukan investigasi ke wilayah ini, sempat pula ditemukan sebuah ‘mahkota’ serta sebuah pusaka nagasasra (singkatan dari nagara rasa) yang tersimpan di salah seorang sesepuh Kampung Kendan. Sebagai nagara rasa, hanya orang yang memiliki kehalusan rasa dan ketajaman bathin yang dapat merasakan peninggalan-peningalan kerajaan Kendan yang sudah terkubur ratusan tahun lamanya. Dan sampai saat ini pun, belum dapat dipastikan dimana material bekas “karaton”-nya. Oleh karena itu, jika material bekas bangunan “karaton” Kerajaan Kendan sangat sulit ditemukan, adalah sesuatu yang wajar, mungkin sudah lama hancur dimakan usia jika melihat material dari batuan rapuh di gunung ini, atau mungkin juga ada yang menghancurkannya karena sudah tidak digunakan lagi. itulah kenapa jika menanyakan kepada warga tentang Situs Kerajaan Kendan, sedikit sekali yang tahu tentang sejarah tempat ini, yang mereka tahu hanyalah Galian Kendan atau Lio Kendan. 

Bapak Nanang, penggali dari Galian Kendan 
Gunung ini murni dipugar oleh beberapa warga Kampung Kendan untuk digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan atau bahan bangunan yang dijual sebagai sumber penghasilan warga Kampung Kendan sendiri. Gunung ini dipugar bukan menggunakan aat berat sperti Back Hoe, melainkan dipugar manual dengan alat sederhana seperti cangkul dan linggis. Jika diperhatikan dengan seksama, memang Nampak jelas bekas-bekas pugaran dengan menggunakan linggis dan cangkul di permukaan dinding galian ini. Bapak Nanang ini mulai menggali gunung batu ini sejak tahun 1980 dengan sepuluh orang yang lain. Penggalian terus berlangsung selama 20 tahun hingga akhirnya bapak Nanang dan kawan-kawan memutuskan untuk menutup dan mengakhiri penggalian ini pada tahun 2000 karena beberapa alasan. Ada bagus juga pengerukan itu dihentikan, karena jika pengerukan ini diteruskan hingga sekarang, mungkin kita peninggalan kerajaan ini akan habis. Secara tidak sengaja, akibat dari pemugaran gunung ini, menurut saya menambah keindahan dari gunung ini. akan lebih terjaga jika pemerintah mengelola situs ini menjadi sebuah objek wisata yang dikomersilkan. Nah, mumpung masih gratis, tidak ada salahnya coba berkunjung ke tempat ini.

Batu Kendan
Tidak sedikit pula orang-orang dari peneliti batuan datang ke lokasi ini untuk meneliti batuan Kendan. Nama kampung Kendan sendiri diambil dari nama batu yang ada di lkasi galian ini. Ya, Batu Kendan yang merupakan batu keras berwarna hitam mengkilat yang bisa dijumpai dilokasi galian ini, walaupun agak sulit menemukannya jika tidak teliti mencarinya.

Menurut saya lokasi ini sungguh luar biasa indah, suasana di lokasi ini seperti taman Jurassic atau film Flinstone. Tempat yang cocok untuk mengabadikan moment di lokasi ini utuk berfoto ria. Semakin mendaki ke puncak gunung batu, maka semakin indah view dan latar foto yang akan didapat. 









Tentunya harus sangat hati-hati jika ingin mendaki galian tersebut karena jenis batuannya merupakan batuan lunak dan rapuh. Harus pintar-pintar memilih batu yang pas pijakan kaki dan berpegang. Salah menginjak batu yang rapuh maka akan berbahaya bagi keselamatan. Saran saya jika ragu-ragu untuk mendaki, lebih baik untuk tidak mendaki. Difoto di dasar galiannya pun bagus asal bisa memilih spot-spot yang oke untuk difoto. Saya pun cukup sulit untuk mendaki ke puncak beberapa bukit di Galian Kendan ini karena medan bau yang rapuh dan licin oleh lumut.

Galian Kendan dilihat dari sisi jalan tempat motor diparkir
Untuk sampai di lokasi ini, karena saya datang dari Cileunyi, maka rute yang ditempuh adalah lewat Cileunyi – Rancaekek – Nagreg. Setelah melewati gapura “selamat jalan” yang membatasi kabupaten Bandung,  3 km ke depan akan menjumpai rel kereta api dan kantor polisi sektor Nagreg. Perlambat kendaraan saat melewati rel dan ambil jalan belik kiri yang ada di samping rel. Ikuti jalan itu sekitar 2 km sampai melewati kantor Desa Kendan. Saat sampai di kantor Desa Kendan jika melihat kea rah jam 10 maka akan terlihat Galian Kendan dari kejauhan. Terus lanjutkan perjalanan sampai ke kaki Galian Kendan. Di lokasi ini tidak ada tiket masuk karena bukan lokasi wisata yang di kelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Itulah sekilas pengalaman saya berkunjung ke Galian Kendan di Nagreg kabupaten Bandung.

Sumber : Wawancara dengan Bapak Nanang (warga sesepuh Kampung Kendan)
Sumber Tambahan : Serajah dan Kepurbakalaan Kab. Bandung

Wednesday, January 14, 2015

WISATA BATU KUDA MANGLAYANG BANDUNG

Wisata Situs Batu Kuda Manglayang, merupakan objek wisata Jawa barat yang terletak di lereng gunung Manglayang didaerah Bandung Timur. Kenapa disebut Batu Kuda?? Tentu penamaan tersebut memiliki latar belakang. Dahulu kala menurut cerita nenek moyang, seekor kuda yang bisa terbang berasal dari gunung Kidul dikenal dengan nama kuda Semprani sedang melintasi gunung Manglayang dari Cirebon menuju Banten. Saat sedang melakukan perjalanan tersebut sang kuda terperosok disebuah area yang tidak jauh dari titik sanghiyang (kaki gunung). Kuda tersebut terjebak hingga beberapa waktu lamanya sehingga tempat ia terperosok berubah menjadi kubangan.

Kini kuda yang dimaksud adalah dalam wujud batu. Dari bentuk batu yang tampak, kuda tersebut mencoba membebaskan diri kubangan namun apa daya kuda tersebut tetap tidak mampu. Hingga akhirnya penunggang kuda menyerah dan duduk di sebuah kursi yang letaknya tidak jauh dari kubangan kuda tersebut. Nah tempat sang penunggang duduk disebut dengan Batu Kursi. Sedangkan kubangan sang kuda Semprani saat ini dikenal dengan nama Batu Kuda.

Menurut aturan yang berlaku sejak 3-4 tahun yang lalu, setiap hari Senin dan Kamis para pendaki atau siapapun dilarang memasuki area gunung Manglayang karena pada saat itu dipercaya sebagai hari berkumpulnya para leluhur dan kandidat lainnya (ruh). Lalu jika mendaki tidak diperkenankan jumlah orang dalam bilangan ganjil. Norma yang telah ditetapkan oleh pangriksa (sesepuh) sebaiknya ditaati karena hal itu berkenaan dengan keselamatan jiwa seseorang.

Namun kejadian buruk yang beraneka ragam telah membuka sebuah perjanjian keakuran antara alam Manglayang dengan manusia. Sekitar 44 sesepuh yang berasal dari Jawa Barat berkumpul untuk melakukan ritual “keakuran” agar kejadian yang sama tidak terulang lagi. Di area Batu Kuda inilah ritual dilakukan berbagai macam upaya telah dilaksanakan dan pada akhirnya membuahkan hasil, 3-4 tahun kebelakang adalah masa akhir dari kegelapan tentang Manglayang.

Kini siapapun boleh mengunjungi Manglayang pada hari Senin dan Kamis, juga boleh dalam hitungan ganjil. Namun norma mutlak tetap berlaku yaitu tidak memancing keributan dan membuat kerusuhan, menjaga dan memelihara hutan dan gunung. Tidak merusak alam, tidak merusak situs batu dengan mencoret-coret. Menjaga tali keharmonisan dengan alam dan tinggal berdampingan.


Untuk mencapai daerah wisata perkemahan Batu Kuda, bisa dilewatidari beberapa jalur, saya sarankan bagi yang pertama kali berkunjung ke objek wisata ini, apalagi yang dating dari luar kota Bandung, lebih baik lewat jalur Cileunyi, tepatnya lewat jalan yang belok kiri sebelum  jl. Percobaan Cileunyi kab. Bandung (setelah terminal cileunyi jika dari arah garut/sumedang). Jika dari arah kota Bandung berarti ujung atau akhir dari Jl.Percobaan Cileunyi (jalan satu jalur), belok kanan. Saya sarankan jalan ke situ karena tidak akan menemukan belokan, tinggal ikuti jalan itu sampai ke gerbang Batu Kuda. Saking mudahnya jalur ini untuk sampai ke lokasi Batu Kuda, tidak perlu bertanya pada penduduk sekitar untuk sampai ke lokasi wisata, karena ujung jalan ini adalah gerbang Wisata Batu Kuda.


Perjalanan keatas sampai Batu Kuda kurang lebih 7 kiloan, meskipun jalannya agak sempit, tapi tetap menikmati perjalanan karena suguhan pemandangan dan hawa dingin kota Bandung. Untuk fasilitas, tempat wisata ini terbilang lengkap. Di sini ada instalasi air, MCK, tempat duduk, papan petunjuk jalan, shelter, bahkan pemandu yang bisa memandu Anda selama berkegiatan di sini. Jadi, Anda tidak perlu khawatir. Meski lokasinya berada di perbukitan, Anda tidak usah khawatir karena akses menuju tempat wisata ini cukup mudah. Jalannya sudah beraspal sehingga Anda bisa menggunakan kendaraan. Namun, jika Anda tidak membawa mobil, Anda bisa menyewa ojek atau mobil colt.

Sumber :
http://www.wisatakebandung.com/  

http://nomadstudent.blogspot.com/

Sunday, January 11, 2015

TEBING KERATON


Tempat kunjungan wisata yang mulai banyak dikunjungi dan menjadi tempat favorit untuk berfoto dengan latar pemandangan hutan yang luar biasa. yaps, Tebing Keraton Dago. Tebing Keraton atau Tebing Karaton merupakan sebuah tebing yang berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda . Tebing ini terletak di Kampung Ciharegem Puncak, Desa Ciburial, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Banyak yang bilang ini ‘Tebing Keraton‘, padahal nama aslinya sunda abis, ‘Tebing Karaton’ yang artinya itu Kemegahan Alam menurut papan informasi yang ada disana.

Ketinggian Tebing Keraton yang berada tepat di daerah Dago Pakar ini sekitar 1200 mdpl, lumayan banget buat ngeliat pemandangan hutan dari atas. Bebrbeda dengan puncak lain di kota Bandung yang keika melihat kebawah akan dihiasi lampu-lampu kota. Dari Tebing Keraton dapat menikmati pemandangan keren dan spektakuler. Bukan lampu kota, melainkan hutan. Ya, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dari atas.

Berbeda dengan Tahura dengan petunjuk arah yang sudah sangat jelas. Tebing Keraton nyaris tanpa petunjuk jalan namun bukan berarti sulit menemukannya. Tidak sulit untuk mencapai Tebing Keraton. Dari pusat kota Bandung, bertolaklah ke arah Dago Pakar, kemudian ke arah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda . Setelah pintu gerbang Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda , beloklah ke kanan. Setelahnya akan melewati rumah-rumah besar dan kemudian perkampungan. Setelah itu  akan sampai di sebuah warung dengan baliho besar bertuliskan 'Warung Bandrek' alias Warban. Perjalanan belum selesai, pacu kendaraan melewati tanjakan dan jalan berbatu sampai pos teratas, langsung di Tebing Keraton. 

Pemandangan ini pun akan bertambah indah, jika datang sebelum matahari terbit atau kira-kira jam 6 pagi. Pada saat itu, bisa menikmati suasana kota Bandung yang masih berselimut kabut tebal. Ditambah dengan keindahan matahari terbit di balik bukit yang ada di sebelah timur. Semua keindahan panorama alamnya ini memang paling pas, jika abadikan dengan kamera.

Untuk berkunjung ke Tebing Keraton, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan. Harus mempersiapkan kamera, jaket untuk menghalau dinginnya udara, karena jika daya tahan tubuh sedang dalam kondisi yang kurang baik, bisa-bisa sakit. udara yang dingin dicampur dengan debu dari tanah merah. Berbekal minuman yang cukup dan bensin kendaraan yang sudah terisi penuh. Jika masih ragu bagaimana jalan menuju ke sana, jangan malu untuk bertanya. Selain itu, juga disarankan untuk menggunakan motor, karena jalanan yang dilewati belum terlalu bagus.


Sumber tambahan : 
http://id.wikipedia.org/wiki/Tebing_Keraton
http://www.bonjourbag.com/blog/tebing-keraton/